728x90 AdSpace

Minggu, 02 Juli 2017

Ajaran Sunan Kalijaga Dan Syeikh Siti Jenar…Solat Daim

A. HAKIKAT SOLAT DAIM
Di dalam praktikal tasawuf, Shalat merupakan sebahagian dari muraqabah terhadap Tuhan. Muraqabah itu menyelami kesedaran bahawa Allah memonitor gerak-geri kita baik lahir maupun bathin.

Muraqabah hakikat Shalat itu dengan cara menghadapkan wajah jiwa kita ke hadirat Allah SWT yang telah menjadikan hakikatnya Shalat. Shalat yang terdiri dari beberapa rukun yang bersifat perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Shalat sangat penting dalam tasawuf, sebagaimana disabdakan oleh nabi SAW ”Shalat adalah kenaikan (mi’raj) orang-orang Mukmin (menuju Allah)”. Nabi Muhammad juga bersabda, ”Hanya dalam Shalat saja seorang hamba bisa dekat dengan Allah.”. Shalat menghubungkan sang hamba dengan Tuhan, dan mengisi jiwanya dengan cahaya-cahaya yang memancar darinya. Hubungan halus Sang Salik dengan Tuhan, rahasianya kedudukan tinggi dan kemuliaannya, pun dapat dirasakan dalam Shalat. Itulah sebabnya Allah menyebut sang salik sebagai hamba-Nya (abduhu). Kehambaan (‘abdiyah) ini dicapai dalam Shalat. Shalat adalah anugerah khusus kepada manusia yang diberikan Allah melalui Nabi-Nya guna mengenang peristiwa mi’raj beliau, sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran.

Dalilnya adalah :“Sesungguhnya  Shalat itu merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman, yang ditetapkan waktunya” (QS. Al nisa’:103)

Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar Shalat. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
Apabila telah ditunaikan Shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS.62:10)

Selanjutnya Shalat daim yang penuh kontroversi dalam pandangan umum, karena umum hanya mengenal Shalat lima waktu. Shalat daim atau disebut “aShalatu daimulhaq” adalah Shalat diam(tetap) tanpa gerakan, dilakukan terus menerus sepanjang hidup, disebut pula Shalat abadi karena menuju alam kaebadian yakni orbit Tuhan.

Mereka yang mampu Shalat daim adalah mereka yang tidak akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana disampaikan Q.S 70 : 19-22.

Nah, Shalat daim ini bagaimana modelnya?
Ah.. tentu saja tidak boleh dibicarakan disini karena Shalat daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian spiritual manusia. Tidak boleh diceritakan ke semua orang kecuali mereka yang telah memiliki kematangan spiritual.

Shalat daim adalah Shalatnya orang ‘arif yang telah mengenal Allah. Ini adalah Shalatnya para Nabi, Rasul, dan orang-orang ‘arif. Ilmu ini memang tidak banyak diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan Shalat lima waktu? Nah Shalat lima waktu sebenarnya adalah jumlah minimal saja yang harus dikerjakan manusia untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah harus terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana firman-Nya :

Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S Al-Insaan (76) : 25)
“Shalat daim adalah prilaku eling marang Gusti Allah terus menerus dalam setiap kondisi dan bahasa kitab keringnya adalah Ulil Albab …… yaitu QS.(3) : 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Gusdur.

Shalat-Shalat khusus seperti: mi’rajul mu’min, wustha, daimulhaq, adalah Shalat dalam etika dan tatacara tersendiri dengan kalimat dzikir tertentu yang arahnya menuju kepada kedudukan(martabat Tuhan), dan adanya Shalat yang terbagi lima waktu-17 rakaat adalah merupakan uraian(pedaran) dari Shalat-Shalat khusus tsb yang terdapat dalam ayat Alqur’an(wustha, daim, mi’raj), dan ayat tsb termasuk pada ayat mutasyabihat yang hanya bisa di tafsirkan dengan nahwu sharaf dan ilmu alat dalam tata bahasa Alquran pada tingkat tertentu, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

B. SHALAT DAIM SUNAN BONANG
Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak  ALLAH.
Raden Mas Syahid tidak disuruh untuk zikir ataupun melakukan ritual apapun. Apa rahsia dibalik duduk diam tersebut? Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka hawa nafsu Anda akan berbicara sendiri. Ia akan melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri Anda. Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita mengajak kita untuk terus terikat dengan segala hal yang berbau dunia.
Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya dengan Shalat lima waktu. 

Tingkatkanlah agar kita mampu melakukan Shalat daim. 
Mari kita semak kembali ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :
Utaming sarira puniki
Angawruhana jatining Shalat
Sembah lawan pujine
Jatining Shalat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana Shalat
Pan minangka kekembaning Shalat daim
Ingaran tata karma

Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat Shalat, sembah dan pujian. Shalat yang sebenarnya bukan mengerjakan isya atau maghrib. Itu namanya sembahyang, apabila disebut Shalat maka itu hanya hiasan dari Shalat daim. Hanyalah tata krama”

Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa memahami bahwa Shalat lima waktu adalah Shalat hiasan dari Shalat daim. Shalat lima waktu ganjarannya adalah masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang mendapat surga pun adalah mereka yang mampu menegakan Shalat yaitu dengan Shalat tersebut, ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.

C. SHALAT DAIM SUNAN KALIJAGA
Shalat daim ini juga disebut dalam SULUK LING LUNG karya Sunan Kalijaga:
SHALAT DAIM TAN KALAWAN, MET TOYA WULU KADASI, SHALAT BATIN SEBENERE, MANGAN TURU SAHWAT NGISING.
(Jadi Shalat daim itu tanpa menggunakan syariat wudhu untuk menghilangkan hadats atau kotoran. Sebab kotoran yang sebenarnya tidak hanya kotoran badan melainkan kotoran batin. Shalat daim boleh dilakukan saat apapun, misalnya makan, tidur, bersenggama maupun saat membuang kotoran.)

D. SHALAT DAIM SYEIKH SITI JENAR
Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk Shalat, yang disebut Shalat tarek dan Shalat daim. Shalat tarek adalah Shalat thariqah, diatas sedikit dari syari’at. Shalat tarek diperuntukkan bagi orang yang belum mampu untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti, sedang Shalat daim merupakan Shalat yang tiada putus sebagai efek dari kemanunggalannya. Sehingga Shalat daim merupakan hasil dari pengalaman batin atau pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup melakukan hal itu, karena masih adanya hijab batin, maka yang harus dilakukan adalah Shalat tarek. Shalat tarek masih terbatas dengan adanya lima waktu Shalat, sedang Shalat daim adalah Shalat yang tiada putus sepanjang hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian ( penambahan , mungkin efeknya adalah berbentuk suci hati, suci ucap, suci pikiran ); pemaduan hati, nalar, dan tindakan ragawi.

Shalat daim tersebut menurut mereka merupakan bentuk pengembaraan ahli kerohanian dalam mencari Tuhan. Untuk menemui Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Suci, dan Maha Sempurna, maka dalam pencarian itu seseorang harus suci secara lahir dan batin. Karena itu ia harus menghidupkan hati dan perasaannya untuk selalu ingat dan berzikir kepada Tuhan. Hal ini bisa dicapai dengan cara Shalat daim dalam arti tasawuf, yaitu “ ingat dan zikir yang terus-menerus”. Dengan demikian Shalat daim ini tidak dalam arti Shalat fardu lima waktu dan Shalat sunah, melainkan lebih sesuai jika diartikan zikir secara sufi yang terus-menerus.

Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar Shalat. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
Apabila telah ditunaikan Shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS.62:10)

Ini berarti bila Shalat daim itu dilakukan seorang muslim dalam arti zikir, tidak lantas ia bebas dari tugas melaksanakan Shalat fardu lima waktu sebagai kewajiban yang tak dapat ia tinggalkan.

Setiap muslim wajib melaksanakan Shalat lima waktu secara aktif, rajin, baik, dan benar. Disamping itu ia perlu berzikir kepada Allah SWT kapan dan di mana pun, baik melalui Shalat fardu atau sunah dengan tata aturan yang baku, maupun di luar Shalat dengan cara-cara yang tidak diatur secara teori.



SUMBER DARI: ASYIK NGAJI
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Item Reviewed: Ajaran Sunan Kalijaga Dan Syeikh Siti Jenar…Solat Daim Rating: 5 Reviewed By: Rustadi