APA ITU SHOLAT WUSTO ATAU DAIM
Kalimat atau kata Wustha(tengah,center,pusat) satu akar kata dengan washit( penengah) ,Washatan(pertengahan). Disebut dengan kalimat Al-Wustha, suatu kata yang berdiri sendiri di dahului dengan huruf AL(Alif Lam/isim makrifat), kunci sholat tsb berada pada huruf Al(alif Lam), yang harus digali dengan pengetahuan dan persepsi tinggi.
Pada teknik pelaksanaannya sholat Al-Wustha atas tuntunan Alam(Raobbulálamiin) melalui rahsa yang sejati, dimana hati(Qolbu) mendapatkan tuntunan atas Shirat Al-mustaqim.
Esensinya dalam sholat tsb adalah penegasan dan menegaskan tentang keberadaan diri sebagai penyatuan alam mikro dan alam makro(jagat raya)berhadapan dengan Tuhan tanpa khijab(inni wajjatu wajhiya liladzi fathorossamawatti walardho).
Bila di ilustrasikan bahwa tubuh manusia ini sebagai alam mikro, dimana seluruh isi jagat raya sebagai alam makro terdapat pada diri manusia, penyatuan ini meliputi langit dan bumi dan diantaranya adalah manusia itu sendiri yang berada di tengah-tengah 4 penjuru mata angin, atas bawah langit dan bumi.
Penegasan dan menegaskan diri manusia bersama alam jagat raya yang menjadi sarana kehidupannya merupakan koskwensi mutlaq bahwa kelak manusia raganya akan kembali ke 4 unsur alam(tanah, air, udara, api), juga jiwa sebagai sejatinya manusia dalam sifat nya akan kembali ke 4 unsur tsb, serta Ruh Nya kembali kepada Allah(min Ruhi). Hal ini adalah untuk menempuh kesempurnaan hidup dalam jiwa dan raga sebagai INSAAN KAMIL, dimana proses tsb yang selanjutnya menjadi KAMIL MUKAMIL.
Shalat Al-Wustha, tidak di ajarkan secara umum, namun merupakan ajaran rahasia(tersembunyi), karena harus melalui berbagai trap dalam pembinaan akhlkaq prilaku, yang tujuannya adalah untuk mencerdsaskan jiwa dan untuk jiwa-jiwa yang cerdas dalam spiritual.
Inilah shalat nya Rasulullah (Nabi Muhammad saw) yang sebenar nya, selain sholat sholat haqikat lainnya(daim, tajali, adzikri, mikrojul mukmin), yang tidak diajarkan kepada nabi-nabi sebelum nya, demikian pula sholat mikrajul mukmin, yang hanya Muhammad SAW saja dari seluruh hamba Allah dapat bertemu dengan Allah di sidratul Muntaha, dimana peristiwa tsb diabadikan dalam bacaan Attahiyat pada duduk tasyahud.
Sedang sholat-sholat umum yang 5 waktu adalah sholat nya para Nabi-nabi terdahulu (Adam, Nuh,Ibrahim, Musa, Isa), sehingga tentang sholat 5 waktu tsb Nabi Muhammad saw bertemu dengan para Nabi dan menyarankan untuk memohon keringannan kepada ALLAh atas sholat yang 50 kali menjadi 5 kali.
Sholat Al-Wustha esensinya lebih kompleks dalam teknik pelaksanannya, meliputi penyatuan diri bersama alam kehidupannya(jagat raya) yang berhadapan langsung dengan Wajah Allah (sifat, rupa Allah), merupakan penegasan penyatuan seluruh unsur elemen kehidupan dalam Sifat dan Dzat Nya.
Kolaborasi ini terjadi hanya pada hamba-hamba yang mempu mengolah daya spiritual tinggi dalam aqal fikiran dan hatinya, dan ber efek kepada daya energi ilahiah yang tak terhingga, digambarkan dalam peristiwa Nabi Musa bahwa Bukit Thurina menjadi hancur, tak tahan untuk dijadikan bertajalinya cahaya sifat Allah.
Dan Allah telah menegaskan bahwa hanya hati(qolbu manusia yang beriman) yang sanggup untuk menerima Alqurán dan Allah, selain itu baik gunung lautan takan sanggup dan hancur berantakan.
Inilah sholat yang disebut Asholatu Imaduddin(sholat untuk mendirikan agama nya), yang dimaksud adalah mendirikan dan menegakan aturan hukum Allah dalam adegan sejatinya diri(jiwa), melalui sifat-sifat ke Agungan Tuhan dalam fitrah manusia.
Sholat-sholat yang bersifat khusus hanya diajarkan kepada para shohabat dan ahlul bayit Rasulullah dan keturunannya hingga para warisatul Anbiya(para waliyullah).
Karena sholat yang sebenarnya membutuhkan penyatuan diri(aqal fikiran dan hati) antara Hamba dan Tuhannya,hingga hamba tidak merasakan lagi keberadaan dirinya(fana), dan merasakan bahwa yang ada(wujud) hanyalah Tuhan Nya.( laa haqo wal haqo, laa maujuda ilallahu) Perasaan tsb muncul tatkala seorang hamba telah mampu menghilangkan nafsu jiwa rendahnya, menuju nafs(jiwa) MuthmaÃnah, dimana setiap manusia yang hidup, dalam dirinya terdapat sifat-sifat keagungan Tuhan dalam fitrah yang telah tumbuh kesadarannya, sehingga sifat-sifat kerendahan dalam pengaruh syetan(amarah, luwamah,sufiyah, mulhimah) sudah tak tampak lagi,dan yang tampak hanyalah sifat-sifat ke-Agungan Tuhan, sehingga Tuhan berkehendak untuk bertajali pda hamba tsb, sesi akhirnya maka manusia tsb bagai Alqurán yang berjalan sebagai mana Rasulullah Muhammad saw (Sang Kalam Hidup), hidup tak pernah mati, menjadi rahmat bagi seluruh alam(Rahmatilil álamin), karena mati itu hanya dirasakan dan dilalui saja (kulu nafsin dzaikatul maut) bahwa setiap yang jiwa akan merasakan mati.
“Ya ayuhalladzina amanu itaqulloha, haqo tuqotihi walaa tamutuuna ila wa antum muslimun”
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhan dengan taqwa yang sebenar-benar nya, janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan sebagai orang yang berserah diri.
‘’
SUMBER MARI MENGENAK DIRI
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.