SORBAN
Seorang santri kepada Kiyainya, “ Mengapa Guru tidak memakai sorban seperti ustadz-ustadz lainnya...?”
“ Memakai sorban itu hak masing-masing orang, jadi silahkan saja tapi ingat tindak tanduknya jangan sampai merusak nama Islam.” Jawab Kiyai.
“ Maksudnya bagaimana guru, mohon dijelaskan...?” Tanya murid kembali.
Sang Guru menjawab, “ Sorban itu mempunyai makna nilai yang dalam, orang yang memakai sorban berarti dia sudah bisa mengendalikan pikirannya sehingga menjadi orang yang bijak. Orang bijaksana mengendalikan perbuatan melalui badan jasmani, mereka juga mengendalikan perbuatan melalui ucapan, mereka juga mengendalikan pikiran dengan baik, mereka yang menjaga dengan baik yaitu badan jasmani, ucapan dan pikiran, benar-benar telah mengendalikan diri dengan sepenuhnya.
Ingat setiap perbuatan diawali dari pikiran dahulu, dengan memakai sorban berarti berfikir positif, berperilaku positif, kedua matanya tidak boleh memandang oranglain dengan merendahkan karena suku, bangsa dan agama. Bibirnya selalu berucap yang positif, tidak boleh suka menghina, mengumpat dan memaki orang lain. Kedua tangannya juga tidak boleh melakukan perbuatan yang negatif, keduanya kakinya tidak digunakan menuju hal yang negatif.
Lalu sang murid bertanya, “Guru bagaimana cara mengendalikan pikiran...?”
Sang Guru menjawab, “ Banyak sekali cara mengendalikan pikiran antara lain yaitu dengan puasa Romadhan, dengan puasa lahir bathin maka melatih kesabaran, akan membuat seseorang memiliki pengendalian diri yang baik dan dapat menahan emosi, disegani banyak orang, memiliki keindahan batin dan dapat membebaskan diri dari keterikatan terhadap harta dan anggota tubuhnya sendiri. Akan mencapai keadaan yang terbebas dari belenggu hawa nafsu, di mana tidak ada kesedihan lagi.
Mereka yang memiliki pikiran atau hati yang bersih maka hatinya akan menjadi damai, yang mengerti, penuh perhatian dan tekun dalam dzikir atau meditasi, dengan jelas akan melihat segalanya dengan benar dan tidak terpengaruh oleh hawa nafsu dan mereka akan mencapai pencerahan spritual.”
“ Terimakasih Guru atas wejangannya, pikiran saya terlalu banyak yang negatif, saya ingin belajar mengendalikan pikiran, malu saya memakai sorban sedangkan pikiranku sangat kotor.” Jawab murid sambil tertunduk malu.
Sumber: CAHAYA GUSTI
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.