Alquran hanya menyebutkan seorang wanita dengan namanya yang sesungguhnya.
Wanita yang pertama, Hawa. Dalam tradisi disebutkan tercipta dari tulang rusuk Adam. Goethe penyair terbesar dari Jerman mereproduksi syairnya dari hadis ini menasihatkan lelaki agar memperlakukan wanita dengan ramah dan sabar. Karena Tuhan mengambil tulang rusuk yang bengkok untuk menciptakannya, bentuk yang dihasilkan tidak bisa lurus sepenuhnya.
Legenda-legenda yang menggambarkan bersatunya lelaki pertama dengan wanita pertama itu mengemukakan seluruh perincian yang membuat perkawinan duniawi tersebut begitu meriah. Sebagian legenda bahkan menceritakan bahwa para malaikat menaburkan koin-koin surgawi ke atas kepala pasangan pengantin itu. Tapi begitu mereka terjerat godaan dari ular kecil yang memasuki taman dengan bersembunyi di dalam paruh burung merak, begitu mereka makan buah terlarang, pakaian mereka lepas.
Istri kedua Ibrahim, Hajar. Berlari bolak balik antara Marwah dan Safa tujuh kali mencari air untuk Ismail dan pada perjalanan ke tujuh keluarlah mata air Zamzam. Tokoh lain dalam tradisi rakyat adalah putri Nimrud. Raja yang memerintahkan agar Ibrahim di bakar. Cerita ini mengisahkan bahwa gadis ini , terdorong oleh keyakinan Ibrahim, melemparkan dirinya ke dalam kobaran api dan seperti Ibrahim juga tetapi terlindung dari bara api.
Istri Fir’aun, Asiyah wanita beriman yang menyelamatkan bayi Musa. Dengan cara inilah dia menemukan tempatnya di surga. Kecantikannya sebanding dengan Maryam, Khadijah dan Fatimah melampaui keelokan semua perawan di surga.
Ratu Saba yang dikenal sebagai Bilqis QS 27 adalah penyembah matahari yang menantang Sulaiman dengan tiga tebakan. Wanita itu telah tertipu oleh pantulan dari lantai kaca di istana Sulaiman (mengira bahwa dia sedang berjalan melewati air) sehingga dia menaikkan gaunnya, dan memamerkan kedua kakinya QS 27:43. Sulaiman menjadi tahu bahwa Bilqis putri jin dan seorang manusia biasa mempunyai tubuh manusia normal. Ibn ‘Arabi menyebut kebijaksanaan Ilahi sebagai “Bilqis”, sebab wanita itu adalah anak teori yang halus dan anak praksis yang kasar, sebagaimana Bilqis yang sekaligus makhluk halus dan wanita biasa sebab ayahnya adalah jin dan ibunya seorang manusia biasa.
Bilqis mengingatkan kita pada Zulaikha, istri Potiphar dalam Perjanjian Lama. Dalam tradisi Islam, Zulaikha berubah menjadi seorang wanita yang terobsesi oleh cinta dan mau melakukan apa saja untuk mendapatkan kekasihnya Yusuf. Ketampanan Yusuf membuat banyak perempuan terpesona sehingga secara tidak sadar memotong jari-jari mereka sendiri yang sedang mengupas jeruk. Zulaikha melakukan apa pun yang dapat dipikirkannya untuk merayu Yusuf. Dia memerintahkan istananya dihiasi dengan gambar-gambar yang membangkitkan nafsu sehingga Yusuf akan membayangkan dirinya bersama Zulaikha tenggelam dalam kenikmatan cinta ke mana pun pandangan matanya tertuju. Yang menarik dari adegan rayuan ini adalah sikap Zulaikha terhadap berhala yang disimpannya di kamarnya. Semua manusia harus belajar dari Zulaikha bagaimana menaati sopan santun ketika memikirkan objek pujaannya dan dia menutupi wajah berhalanya agar tidak menyaksikan hal yang tidak sopan.
Yusuf bin Husain Ar-Razi (w. 916) mempunyai pendapat yang lebih mendalam, “Ketika dia menyingkirkan nafsunya, Tuhan mengembalikan kecantikan dan usia mudanya. Sudah menjadi hukum alam bahwa ketika sang pria maju, wanitanya diam menunggu. Jika sang pria sudah puas dengan cinta saja, maka wanitanya mendekat”. Zulaikha menjadi wanita-jiwa yang menjalani kehidupan dalam pertobatan yang berat dan kerinduan yang tak ada akhirnya. Cinta telah merobek Zulaikha dari selubung kesucian. Zulaikha menjadi lambang bagi semua orang yang merasakan penderitaan cinta dan kerinduan yang tak terbalas. Maka dia menjadi pahlawan wanita yang berani dan kuat, yang rela menahan apa saja demi Kekasihnya. Orang-orang selalu melihat pakaian Yusuf yang tersobek, tapi siapa yang melihat hati Zulaikha yang terluka dan patah? Para penyair menggambarkan Zulaikha yang sebelumnya sangat cantik, beranjak tua dalam kesengsaraan dan duduk dengan putus asa di sisi jalan, dengan harapan dapat menatap Yusuf sekilas saja.
Seperti Ya’qub, Zulaikha pun menjadi buta karena terus-menerus meratap dan merindukan bau selintas saja kehadiran Yusuf. Hanya pikiran mengenai Yusuf yang membuatnya tetap hidup; dia hanya memikirkan namanya sebagaimana jiwa mestinya terus memikirkan Kekasih Ilahi. Ibn Arabi menceritakan bahwa Zulaikha pernah terluka oleh sebatang anak panah. Ketika darahnya menetes ke atas tanah, darah itu membentuk nama ‘Yusuf, Yusuf’ di mana pun ia jatuh; karena dia terus-menerus menyebutkan namanya, maka nama itu mengalir bagaikan darah di dalam urat nadinya. Setelah mengalami kerinduan dan keputusasaan, kesetiaan Zulaikha yang tak tergoyahkan akhirnya mendapatkan imbalan. “Ketika siksaan dan jiwamu lebih rendah dan kelemahan tubuhmu telah menjadikanmu tua dan membusuk, segarkanlah kembali jiwamu seperti Zulaikha dengan merindukan Sahabatmu”. Zulaikha yang penuh cinta akhirnya menjadi personifikasi jiwa manusia, nasf. Bau dari kemeja Yusuf menyentuh perasaannya dan mengungkapkan ketampanannya, sebab bau, nafas dari Yang Maha Pemurah, membawa kabar dari sang kekasih dan kedekatan dari sang kekasih menyegarkan kembali wanita yang melayu karena kesedihan. Zulaikha yang pernah ditunangkan dengan suami yang impoten, masih tetap perawan, dan kini Yusuf yang penuh cinta merobek kesucian lapisan pengantinnya sebagaimana dulu wanita itu merobek kemejanya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.